shilvername.blog.com

Sabtu, 01 Oktober 2016

Sejarah Kerajaan Pajajaran – Asal Muasal Kerajaan Sunda Pakuan

Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan umat Hindu yang berdiri di wilayah Pakuan (sekarang adalah Bogor), tepatnya di Jawa Barat. Oleh karena itu, Kerajaan Pajajaran sendiri juga dikenal dengan nama Kerajaan Pakuan yang pada tahun 1030 Masehi sampai dengan tahun 1579 Masehi pernah menjadi ibu kota Kerajaan Sunda Galuh. Pada saat itu orang-orang memiliki kebiasaan untuk menyebut suatu kerajaan dengan menggunakan nama Ibu Kota nya sehingga Kerajaan Sunda Galuh lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Pakuan Pajajaran atau Pajajaran saja.
Asal Muasal Berdirinya Kerajaan Pajajaran
Sejarah menyebutkan bahwa awal berdirinya Kerajaan Pajajaran ini adalah pada tahun 923 dan pendirinya adalah Sri Jayabhupati. Bukti-bukti ini didapat dari Prasasti Sanghyang berumur 1030 Masehi yang ada di Suka Bumi. Lebih lanjut, rupanya Kerajaan Pajajaran ini didirikan setelah perpecahan Kerajaan Galuh yang dipimpin oleh Rahyang Wastu. Saat Rahyang Wastu meninggal maka Kerajaan Galuh terpecah menjadi dua. Satu dipimpin oleh Dewa Niskala dan yang satunya lagi dipimpin oleh Susuktunggal. Meskipun terpecah menjadi dua namun mereka memiliki derajat kedudukan yang sama.
Asal muasal Kerajaan Pajajaran dimulai dari runtuhnya Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400 masehi. Saat itu Majapahit semakin lemah apalagi ditandai dengan keruntuhan masa pemerintahan Prabu Kertabumi atau Brawijaya ke lima, sehingga ada beberapa anggota kerajaan serta rakyat mereka yang mengungsi ke ibu kota Galuh di Kawali, wilayah Kuningan, di mana masuk provinsi Jawa Barat. Wilayah ini merupakan daerah kekusaaan dari Raja Dewa Niskala.
Raja Dewa Niskala pun menyambut para pengungsi dengan baik, bahkan kerabat dari Prabu Kertabumi yaitu Raden Baribin dijodohkan dengan salah seorang putrinya. Tidak sampai di situ, Raja Dewa Niskala juga mengambil istri dari salah seorang pengungsi anggota kerajaan. Sayangnya, pernikahan antara Raja Dewa Niskala dengan anggota Kerajaan Majapahit tidak disetujui oleh Raja Susuktunggal karena ada peraturan bahwa pernikahan antara keturunan Sunda-Galuh dengan keturunan Kerajaan Majapahit tidak diperbolehkan. Peraturan ini ada sejak peristiwa Bubat.
Karena ketidaksetujuan dari pihak Raja Susuktunggal terjadilah peperangan antara Susuktunggal dengan Raja Dewa Niskala. Agar perang tidak terus menerus berlanjut maka Dewan Penasehat ke dua kerajaan menyarankan jalan perdamaian. Jalan perdamaian tersebut ditempuh dengan menunjuk penguasa baru sedangkan Raja Dewa Niskala dan Raja Susuktunggal harus turun tahta. Kemudian ditunjuklah Jayadewata atau dikenal juga dengan sebutan Prabu Siliwangi yang merupakan putra dari Dewa Niskala sekaligus menantu dari Raja Susuktunggal. Jayadewata yang telah menjadi penguasa bergelar Sri Baduga Maharaja memutuskan untuk menyatukan kembali ke dua kerajaan. Dari persatuan ke dua kerajaan tersebut maka lahirlah Kerajaan Pajajaran pada tahun 1482. Oleh sebab itu, lahirnya Kerajaan Pajajaran ini dihitung saat Sri Baduga Maharaha berkuasa.
Sejarah Kerajaan Pajajaran saat Mengalami Masa Kejayaan
Masa-masa di mana Kerajaan Pajajaran mengalami kejayaan adalah pada saat pemerintahan Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaha. Bahkan sampai sekarang masa keemasan Prabu Siliwangi masih teringat di hati rakyat Jawa Barat.
Sri Baduga Maharaha pada masa kejayaannya membangun sebuah telaga besar yang dia beri nama Maharena Wijaya. Selain itu, dia juga berhasil membangun sebuah jalan yang menghubungkan antara ibu kota dengan wilayah Wanagiri. Dari sana Sri Baduga Maharaha membangun banyak aspek Spiritual seperti menyarankan agar kegiatan-kegiatan agama dilakukan di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, dia juga membangun asrama para prajurit, kaputren, tempat pagelaran, memperkuat benteng pertahanan, merencanakan dan mengatur masalah upeti, dan menyusun peraturan atau undang-undang kerajaan.
Semua kegiatan dan pembangunan yang dilakukan oleh Sri Baduga Maharaha ini terukir di dalam dua buah prasasti bersejarah yaitu prasasti Batutulis dan Prasasti Kabantenan. Di sana di tulis tentang bagaimana Sri Baduga Maharaha membangun seluruh aspek kehidupan kerajaannya. Sejarah tersebut pun diceritakan dengan pantun dan kisah Babad.
Sejarah Kerajaan Pajajaran saat Mengalami Masa Keruntuhan
Tercatat bahwa Kerajaan Pajajaran ini runtuh pada tahun 1579. Keruntuhan Pajajaran lebih banyak disebabkan oleh penyerangan yang dilakukan oleh Kasultanan Banten. Selain itu, keruntuhan ini ditandai oleh tahta atau singgasana Raja yang disebut Palangka Sriman Sriwacana dibawa oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kerajaan Pajajaran ke Kraton Surosowan. Pemboyongan singgasana raja ini dilakukan sebagai tradisi sekaligus sebagai tanda bahwa tidak mungkin ada raja baru lagi yang bisa dinobatkan di Kerajaan Pajajaran. Akhirnya, Maulana Yusuf lah yang berkuasa di wilayah-wilayah Kerajaan Sunda. Jika Anda menengok bekas Kraton Surosowan di Banten, maka Anda bisa melihat terdapat reruntuhan Palang Sriman Sriwacana yang telah diboyong oleh Maulana Yusuf. Reruntuhan batu tersebut di sebut oleh masyarakat Banten sebagai Watu Gilang yang berarti berseri atau mengkilap.
Berbagai Aspek Kehidupan Kerajaan Pajajaran
Selama Kerajaan Pajajaran berdiri, kerajaan ini telah dipimpin oleh 12 orang Raja. Raja pertana adalah Sri Baduga Maharaja dan Raja terakhir adalah Prabu Ratu Dewata. Berikut berbagai kondisi aspek kehidupan sejarah Kerajaan Pajajaran dari berdirinya sampai runtuhnya kerajaan tersebut:
  • Kehidupan Budaya Pajajaran
    Budaya Pajajaran tentunya sangat dipengaruhi agama Hindu dan hal ini terbukti dari banyaknya peninggalan prasasti-prasasti, kitab-kitab seperti Sangyang Siksakanda dan kitab Cerita Parahyangan. Selain itu juga terdapat peninggalan batik.
  • Kehidupan Ekonomi Pajajaran
    Masyarakat Pajajaran banyak yang bekerja sebagai petani terutama dalam mengurus ladang. Kehidupan ekonomi ini juga ditunjang dengan berbagai macam perdagangan serta pelayaran.
  • Kehidupan Sosial Pajajaran
    Masyarakat Pajajaran digolongkan ke dalam beberapa golongan berbeda misalnya golongan petani, golongan seniman, golongan pedagang, dan terakhir adalah golongan orang jahat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar